Pukul 17:20
| di commuterline jurusan Kota – Kampung Bandan | gerbong terakhir
Saat itu tak
banyak orang yang duduk di gerbong terakhir, masih tersisa banyak bangku. Kemudian
datang bapak-bapak yang menawarkan jasa semir sepatu. Kita singkat BSS (bapak
semir sepatu), dan ada seorang anak muda yang kalau dilihat dari pakaiannya
bukan karyawan jabatan tinggi. Kita singkat AM (anak muda)
BSS : semir
sepatuu.. semir sepatuuuu
AM: pakk
sini *manggil-manggil BSS*
Dengan semangat
45 BSS langsung menghampiri AM, dengan bangku kecil yang ditenteng, dia duduk
dan mulai mengeluarkan peralatan semir.
AM: Pak,
saya gak mau disemir
BSS
bingung. Kemudian AM mengeluarkan selembar 5ribuan dari kantong celananya.
AM: saya cuma
mau kasih ini ke bapak, sepatu saya gak usah disemir.
BSS agak
terkejut dan menerima uang itu dengan senyum yang tak bisa ditahan.. Sambil
berulang mengucapkan terima kasih, BSS berjalan ke gerbong berikutnya. Lagi-lagi
BSS tersenyum melihat uang 5ribu yang berada dalam genggamannya.
Gue yang
ngeliat kejadian itu beneran trenyuh. Gue paling sensitif liat hal kayak gitu,
betapa uang 5 ribu bisa membuat orang lain bahagia. Uang yang buat gue sendiri
gak banyak artinya, tapi buat orang lain sangat berarti. Kalau dibilang orang
baik itu udah gak ada, gue gak percaya. Karna gue melihat, dari segala
kekurangan AM, dia masih mau berbagi pada BSS. Gue salut.
Perjalanan pulang
naik kereta selalu menyisakan kisah. Bertemu dengan orang-orang dari berbagai
kalangan, melihat muka-muka ceria, lesu, lelah, pun juga yang penuh tawa. Obrolan-obrolan
singkat, berkenalan dengan orang baru, dan kisah-kisah yang tanpa sengaja gue
denger dari obrolan orang-orang disekitar gue.
Pulang kantor
naik kereta selalu menjadi hal yang gue tunggu-tunggu~ :’)
Dadaahh
*kibasponi*